cerpen demi kalian
DEMI KALIAN
pengetahuan adalah cahaya tertinggi
Desa Kembang, desa yang dihuni seratus keluarga, salah satunya keluarga Adyatama. Keluarga mereka berada di posisi menengah ke bawah, sudah pasti ekonomi mereka pas-pasan, orang tuanya hanya bekerja sebagai pedagang di pasar.
Mereka dikaruniai 3 anak, Adyatama Reki merupakan anak pertamanya, panggil saja Reki. Reki anak yang dibanggakan dan diharapkan oleh kedua orang tuanya, orang tua Reki ingin sekali Reki menjadi sukses dan bisa membantu adik-adiknya. Reki sangat disayangi keluarganya, karena dia berhasil masuk SMA tidak seperti orang tuanya yang hanya berpendidikan hingga jenjang SMP saja.
Tapi sayang sekali, bukannya belajar bersungguh-sungguh dan serius justru Reki hanya ingin bersenang-senang di masa SMAnya. Sudah berulang kali Langga menasehatinya, sebagai teman baik Langga akan selalu mengajaknya untuk belajar bersama. “Rek … bisa ga sih kamu jangan bawa cewek kamu pas belajar bareng?” Ucap Langga sedikit kesal karena Reki selalu membawa Ara saat belajar bersama di rumahnya, “Ara ini cuma temanku, kan dia juga ingin belajar bersama. Bilang saja kalau kau iri Lang” Sahut Reki sedikit meledek. Padahal Langga sangat terganggu dengan mereka berdua, saat waktunya berdiskusi mereka malah asik mengobrol berdua.
Seiring berjalannya waktu, Reki, Langga, dan Ara sudah menginjakkan kaki di kelas 2 SMA. Namun Langga yang memperhatikan kodisi Reki makin tidak baik, dia ingin sekali membantunya, entah soal ekonomi atau pendidikan, pokoknya Langga ingin sukses bersama Reki dan teman-temannya.
“Reki! Aku ingin bicara padamu” “Bicara apalagi?” Jawab Reki dengan nada malas. “Kamu bisa belajar dengan tekun dan raih pendidikan lebih tinggi lagi!” Langga penuh semangat memotivasi Reki, tetapi Reki hanya merespon dengan ketus, “Ini semua salah orang tuaku! Kenapa mereka harus miskin, kenapa ga kaya aja?” Langga terheran, karena Reki benar-benar berbeda, Reki terlena dengan teman-temannya yang kaya dan hanya menghamburkan uang tanpa peduli pendidikan.
Suatu hari di sekolah Reki melihat ke arah temannya, temannya itu berpacaran di kantin dan membuat Reki ingin mencoba pacaran. Dari lubuk hatinya ingin sekali menjadikan Ara sebagai pacarnya, meski sudah di cegah Langga, Reki tetap memaksa dan yakin kalau Ara juga suka dengannya. Reki juga mempersiapkan diri untuk bicara pada Ara nanti sore sepulang sekolah.
Sore hari tiba, Reki mengajak Ara ke bangku taman sekolah. “Ada banyak hal yang kusyukuri dalam hidup ini. Salah satunya itu mengenal kamu,” ujar Reki malu-malu. Ara menjawabnya dengan gembira, “Sebenarnya aku juga beruntung bisa mengenalmu Reki, aku berharap kita bisa berteman selamanya ya!” Namun pembicaraan yang diinginkan Reki bukan seperti itu, Reki sudah lama menyukai Ara sejak awal masuk SMA.
Reki sungguh sudah menyiapkan keberaniannya sejak tadi siang, dia bertekad untuk menyatakan perasaannya pada Ara sore hari ini, “Ara … apa aku boleh ngomong sesuatu?” “Boleh, mau ngomong apa?” Tanya Ara yang sedikit penasaran. “Aku suka denganmu sejak awal kita berkenalan …” Reki mengatakannya dengan sedikit gugup. Akan tetapi semua itu tidak berjalan seperti apa yang diinginkan oleh Reki. Bukannya mendapat jawaban dari Ara, justru Reki hanya didiamkan dan kemudian ditinggalkan oleh Ara.
Malangnya si Reki karena gagal mendapat pujaan hatinya serta makin menurunnya fokus terhadap pembelajaran, Reki juga dijauhi oleh Ara, sebab Ara tidak mau hubungannya lebih dari teman. Langga yang melihat Reki turut prihatin, cintanya tak terjawab, pendidikan Reki semakin menurun, padahal ekonomi keluarganya juga sedang tidak baik-baik saja.
Seminggu berlalu, Reki masih tetap dijauhi oleh Ara, meski Reki sudah berusaha untuk fokus belajar, tapi tetap saja pikirannya selalu tentang Ara. Langga mencoba membantu Reki untuk mengalihkan pikirannya soal Ara, tak jarang Langga menghampiri rumah Reki untuk belajar bersama.
Suatu malam Reki bermimpi kalau dia berhasil melihat sebuah cahaya yang sangat tinggi dan terlihat sangat indah, lebih indah dari yang pernah dia lihat. Reki yang masih penasaran dengan cahaya itu, berencana untuk bertanya pada Langga saat di sekolah nanti.
Pagi itu Reki bersemangat berangkat ke sekolah, dia sudah tidak sabar untuk bertemu Langga dan menanyakan arti dari mimpinya. Namun tak lama kemudian harapan Reki pupus setelah melihat ke arah Langga dan Ara yang sedang bercanda berdua di pojok kelas. Nyatanya Langga sudah merencanakan sejak awal. Langga juga suka pada Ara, tetapi Langga juga harus mempertimbangkan dengan Reki, dia mengalihkan Reki dengan mengajaknya belajar dengan rajin hingga lupa dengan Ara.
“Hai Langga!” Reki menyapanya dengan gembira, justru Langga yang ketar-ketir melihat Reki, dia tak menyangka kalau Reki juga datang lebih pagi, Langga bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Reki. “Oh hai juga Reki …”. “Wah kalian akrab juga ya ternyata!” Sindiran halus dari Reki untuk Langga. “I-iya baru kemarin kami dekatnya”. Langga berbohong sedikit agar tidak ketahuan Reki.
Langga tergolong anak yang pintar dan keluarganya terpandang, jadi maklum saja kalau Ara bisa cepat akrab dengannya. Ara juga hampir sama seperti Langga, dia cukup pintar dan berkecukupan hidupnya, mungkin itu alasan Ara tidak mau lebih lanjut dengan Reki, karena Reki hidup pas-pasan dan nilainya hanya rata-rata.
Pertemanan antara Reki dan Langga jadi tidak seperti biasanya, akan tetapi Reki masih belum menyadari apa yang disembunyikan Langga, mereka tetap berteman walaupun kadang jadi sedikit canggung.
Saat jam istirahat Reki teringat bahwa dia perlu bertanya ke Langga, Reki pun menghampiri meja Langga yang berada di belakangnya. “Langga, aku ingin bertanya sesuatu”. Ucap Reki. Langga sedikit panik, karena takut dia akan bertanya soal kedekatannya dengan Ara. “Iya? Ke-kenapa Rek?” “Aku semalam mimpi aneh sekali. Ruangan itu gelap dan sunyi tapi saat aku lihat ke atas ada cahaya tinggi sekali, aku rasa itu ada artinya”. “Sepertinya aku pernah membaca di suatu buku. Bahwa cahaya tertinggi itu adalah pengetahuan dan cahaya itu sangat indah kalau dimiliki”. Jelas Langga.
“Aku jadi tahu sekarang, ternyata cahaya Ara kurang daripada cahaya yang aku mimpikan. Cahaya yang kalau dimiliki bisa membuat pemiliknya bahagia …”. Langga hanya bisa tersenyum dan mengiyakan kata yang diucapkan Reki.
Beberapa minggu kemudian Langga dan Ara semakin dekat hubungannya, Reki juga sudah mulai curiga kalau mereka ini pasangan. Tapi Reki membiarkannya dan hanya fokus dengan masa depannya, dia sungguh yakin kalau nanti akan sukses dan dapat membahagiakan orang tuanya.
Reki mengingat kata-kata Langga, “Cahaya tertinggi itu adalah pengetahuan dan indah kalau dimiliki”. Reki termotivasi dengan kata-kata itu. Suatu hari di sekolah, Reki menemui Langga yang sedang bersama Ara dan berpikir kalau, “Jadi ini dia pengetahuanku sekarang, aku mengetahui kalau kalian berdua pacaran …”. Ucap Reki dalam hati sambil tertawa kecil.
Dunia sudah terbalik, kini giliran Langga yang mulai menjauh dengan pelajaran di sekolah. Bukannya Reki tidak mau mengajak kebaikan, tetapi Reki tak terima kalau Langga bisa mendapatkan orang yang dia inginkan.
Reki hanya meninggalkan mereka dan berjuang untuk mencapai posisi teratas, agar menjadi orang yang terpandang. Reki menjadi sering belajar di rumah dan aktif di kelas, karena Reki memegang keras prinsip yang pernah dia mimpikan.
Sebelumnya Reki sering direndahkan karena otaknya seperti udang dan ekonominya sulit, sekarang dia sudah naik dan meninggalkan teman-temannya. Reki berhasil mencapai ranking 3 seangkatan, tak sedikit yang heran, banyak sekali orang salah menilai Reki. Langga dan Ara juga tidak menduga kalau Reki bisa pergi sejauh itu.
Jenjang SMA sudah ditamatkan Reki, Reki lanjut berkuliah dengan beasiswa penuh, akibat dia jadi yang terbaik di sekolah karena kegigihan dan perjuangannya menjadi orang terpandang. Namun Reki dan Langga sudah tidak berkomunikasi sejak mereka lulus, Langga yang terlihat baik-baik saja ternyata jatuh tingkat kecerdasannya karena terbawa arus teman-temannya di akhir tahun masa SMA.
Keluarga Reki sungguh tidak menduga kalau Reki bisa sampai di titik ini, dia sudah bisa melihat cahaya yang paling tinggi semasa hidupnya, dia bisa lebih berdamai dan merasa tenang kalau sudah memiliki cahaya indah itu. Hadiah selama 3 tahun sekolah sangatlah indah.
Komentar
Posting Komentar